Arian melangkahkan kakinya di salah satu sudut rak buku di ujung ruangan, sesaat matanya menangkap sesuatu di sudut ruangan, seorang cewek kikuk bertampang alim tampak panik sambil memandang ke sekitar berulang kali, gerak-geriknya aneh dan dia mulai memasukkan sebuah buku tebal ke dalam tasnya.
Tiba-tiba…
“Kau tahu tidak?? Mengutil adalah sebuah dosa” ucap arian berbisik ke telinga cewek itu sambil menghentikan kegiatan cewek itu.
Cewek itu mulai panik karena perbuatannya diketahui seseorang. Keringat dingin mulai membasahi pelipis cewek itu, apa yang akan dilakukannya saat ini? Kepergok saat mengutil, sungguh memalukan.
“lebih baik kita pergi dari sini sebelum penjaga mulai curiga dengan kamu.” Ucap Arian memperhatikan penjual yang mulai curiga pada mereka, dia tersenyum sekenanya kearah pak penjual yang disambut senyum terpaksa olehnya.
Secepat kilat Arian menggamit lengan cewek itu dan membawanya pergi menjauh dari tempat itu, Tanpa dapat menyela si cewek akhirnya ikut dengan cowok itu. Sesampainya di luar Arian melepas genggaman tangannya.
“Kamu nggak pernah mengutil kan?” tanyanya tertuju pada cewek itu.
Cewek itu menunduk tak menjawab, mungkin malu karena perbuatannya diketahui oleh orang lain atau mungkin ia marah karena tak berhasil mengutil di tempat itu atau mungkin ada alasan lainnya.
“orang- orang gak akan menyangka cewek yang kelihatannya alim sepertimu bakalan mau mengutil, kamu gak malu…”
“bukan urusanmu!!” bentak cewek itu, lebih tepatnya rengekan, karena dari nada bicaranya ia hampir menangis. Ia pun melarikan diri begitu saja.
Arian tak sempat mengejar cewek itu, cewek itu menghilang di ujung jalan. Dia heran kenapa cewek yang bertampang alim seperti itu mau melakukan perbuatan yang kurang terpuji, ia juga sadar meskipun ia bukan orang yang kelihatannya bertampang baik hati, meskipun orang-orang menanggap ia anak yang nakal tapi ia tak akan pernah mencuri atau sejenisnya.
“Ah.. bodo amat!”
Arian mulai melangkahkan kakinya ke arah jalan besar, waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam, sudah waktunya ia bergegas ke tempat kerja sambilannya, jika tidak ia akan dimarahi oleh bosnya lagi karena berulang kali terlambat.
***
Lemparan kapur Pak Togar membangunkan tidur Arian, Seisi kelas menatap ke arahnya, tapi Arian tetap cuek tak perduli. Ini sudah kesekian kalinya Arian ditegur Pak Togar karena hal yang sama, tapi tampaknya sampai saat ini Ia tak pernah menggubris teguran Pak Togar.
“Apa yang kau lakukan?”
“Tidur, Pak.” Jawabnya sekenanya membuat beberapa siswa cekikikan. Pak togar menatap ke beberapa siswa tersebut, sesaat mereka pun terdiam.
“Beraninya kau tidur pada saat mata pelajaran saya!!” bentaknya yang membuat seisi kelas menciut kecuali Arian. Arian memandang Pak Togar dengan mengerutkan keningnya. “Kau…”
“Tok-tok-tok…” seseorang mengetuk pintu kelas.
“Siapa pula yang datang ini?” umpat Pak Togar. “Silahkan masuk” perintahnya.
Seorang Cewek berambut ikal sepundak masuk dengan takut-takut. Ketegangan di dalam kelas seakan musnah oleh makhluk manis ini, kulitnya putih seputih putri salju, matanya indah seperti mata kucing, dan hidungnya mancung.
Kelas mulai berisik kembali, kali ini bertanya-tanya siapakah gerangan dia. Pak togar yang tadinya berkerut dan masam kini berubah menjadi sangat manis lengkap dengan senyum nyengirnya. Berbeda dengan Arian, Ia langsung mengenali cewek yang berada di depan kelas, yup! Dia adalah cewek yang hampir mengutil minggu kemarin.
“Owh… kamu toh nak Irya, silahkan masuk nak… perhatian sekalian, dia adalah teman baru kalian, ayahnya adalah donatur terbesar bagi sekolah kita. Bapak harap kalian banyak membantunya.” Ucap pak togar.
“salam kenal semua…” sapa anak itu ramah.
Hah! donatur terbesar? Bukannya dia hampir mengutil?? Tanya Arian dalam hati.
“Nah nak Irya silahkan duduk di sebelah ketua kelas. Kebetulan tidak ada yang duduk disana.”
“ya pak” jawab cewek bernama Irya itu, senyum menghias wajahnya.
Pada saat ia melangkah ke bangku barunya, tanpa sengaja mata Irya dan Arian bertemu. Irya kaku, Ia kenal sesosok cowok yang duduk tepat paling belakang dari bangkunya. Cowok yang menangkap basah dirinya saat ia melakukan aksi pertamanya.
“Kenapa nak Irya?” Tanya pak Togar heran
“nggak papa pak…” jawabnya cepat-cepat menuju bangkunya tanpa menoleh ke arah arian lagi.
Gawath… pikirnya.
***
Pintu kelas tiba-tiba terbuka dengan keras, seluruh siswa memandang kaget kepada anak yang muncul di depan kelas, awalnya mugkin niatnya mau marah. Tapi setelah tahu anak tersebut adalah Arian, semuanya kembali beraktifitas seolah-olah tidal terjadi apapun.
Begitu juga dengan Irya, awalnya niatnya mau marah tapi karena tak ada reaksi apapun dari teman sekelas, dia gak berani.
Arian berjalan menuju bangku kosong di sebelah Irya dengan perlahan, diapun menghempaskan tubuhnya di bangku itu dengan seenak hatinya, semalam setelah pelajaran Pak Togar, Bu Rini yang mengajar matematika sekaligus wali kelas mereka memindahkan tempat duduk Arian