Bahasa merupakan alat yang penting dalam berkomunikasi. Kita dapat saling mengerti maksud dari sebuah pembahasan dengan lawan bicara kita melalui penggunaan bahasa yang tepat dan efektif. Begitu juga dengan Bahasa asing khususnya bahasa Jepang, penggunaan bahasa Jepang yang tepat dan efektif membantu kita berkomunikasi dengan baik.
Dalam bahasa Indonesia ada yang dikenal dengan istilah partikel atau kata bantu, begitu juga dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang, Istilah Partikel atau kata bantu dikenal dengan nama Joshi. Banyak Mahasiswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari Joshi.
Kata bantu atau Partikel dalam bahasa Jepang disebut “Joshi”. Makna Joshi dilihat dari huruf kanjinya; kanji pertama dibaca “Jo” dapat juga dibaca “Tasukeru” yang berarti bantu, membantu, atau menolong, sedangkan kanji kedua dibaca “Shi” memiliki makna yang sama dengan istilah kotoba yang berarti kata, perkataan atau bahasa. Jadi “Joshi” adalah kata yang membantu kata lain dalam kalimat bahasa Jepang.
Kata bantu dalam bahasa Jepang atau Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo (kata tambahan) yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi lebih jelas lagi.
Dalam bahasa Jepang, Joshi mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebuah kalimat tidak akan terbentuk jika tidak menggunakan kata bantu. Penggunaan kata bantu yang tepat akan menghasilkan kalimat yang baik. Dari segi tata bahasa, Joshi merupakan bidang yang cukup sulit. Selain itu jumlahnya sangat banyak dan dalam satu Joshi terkadang memiliki arti yang berbeda-beda. Namun beberapa diantaranya ada Joshi yang memiliki arti yang sama tetapi cara penggunaannya yang berbeda. Hal ini sangat membingungkan orang asing yang belajar bahasa Jepang. Misalnya pada waktu kita membuat kalimat sebagai berikut:
Kare wa ano beddo ni nete iru
(dia sedang tidur di tempat tidur ini)
Kare wa ano beddo de nete iru
(dia sedang tidur di tempat tidur ini)
Kedua kalimat ini memiliki arti yang sama, perbedaan partikel “ni” dan “de” pada kalimat di atas dititikberatkan pada cara-cara kita mendeskripsikan kalimat tersebut. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak perbedaan yang ada dalam Joshi.
Berdasarkan fungsinya kata bantu dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:
- Kakujoshi
Kakujoshi ialah Joshi biasa, yang pada umumnya melekat pada kata benda untuk menunjukkan hubungan antara kata benda tersebut dengan kata lainnya.
contohnya: 1. Ashita wa Tami san to ishoni gakko e iku
(besok pergi ke sekolah bersama tami)
2. Tsukue no ue ni kaban ga aru
(di atas meja ada tas)
3. Mai asa, supotsu o suru
(setiap pagi, melakukan olahraga)
Kakujoshinya melekat pada kata benda dan juga menunjukkan hubungan potongan kata dengan potongan kata lainnya dalam kalimat, tanpa kakujoshi ini sebuah kalimat tidak akan terbentuk. Sesuai dengan contoh diatas maka kata bantu “TO” merupakan kakujoshi. Selanjutnya pembahasan yang lebih terperinci mengenai fungsi kata bantu “TO” dalam kalimat akan dibahas pada Bab III.
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini adalah : ga, no, o, ni, e, to, yori, kara, de dan ya.
- Setsuzokujoshi
Setsuzokujoshi ialah Joshi Penyambung kalimat, yang biasanya melekat pada dooshi, i-keiyoshi, na-keiyoshi atau Jodoshi untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya.
Contoh : 1. Ashita tenki ga warukutemo, doraibu ni ikou
(meskipun besok cuaca buruk, mari kita berkendaraan keliling)
2. Kaze ga arimasenga, hana ga otsu
(tidak ada angina tetapi bunganya gugur)
3. Hayakereba hayai hodo ii de aru
(lebih cepat lebih baik)
Kata bantu “TO” juga merupakan setsuzukoshi yang berfungsi untuk menyambung kalimat antara induk kalimat dengan anak kalimat. Selanjutnya pembahasan yang lebih terperinci mengenai fungsi kata bantu “TO” dalam kalimat akan dibahas pada Bab III.
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini ialah: ba, to, keredo, keredomo, ga, kara, shi, temo (demo), te (de), nagara, tari (dari), noni dan node.
- Fukujoshi
Fukujoshi ialah Joshi sebagai keterangan, dipakai setelah kata benda, kata kerja, kata sifat-i, kata sifat-na, kata keterangan, bahkan ada juga yang dipakai setelah partikel lainnya. Fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata berikutnya.
Contoh : 1. Kaigi ga owatta bakari de aru
(rapat baru saja selesai)
2. Yamada san mo tanaka san mo gakusei de aru
(tanaka dan yamada adalah murid)
3. Kare wa maiban nijikan gurai nihonggo o benkyoo suru
(dia setiap malam belajar bahasa jepang 2 jam)
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini ialah: wa, mo, koso, sae, shika, demo, made, bakari, dake, hodo, kurai (gurai), nado, nari, yara, ka dan zutsu.
- Shuujoshi
Shuujoshi ialah Joshi diakhir kalimat, digunakan pada akhir kalimat atau pada akhir bagian kalimat untuk menyatakan perasaan si pembicara seperti larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya (Tadasu, 1989: 143-144). Kata bantu yang termasuk dalam shuujoshi ini sering dipakai dalam bahasa Jepang lisan sehari-hari.
Contoh : 1. Hayaku mitai naa
(ingin cepat-cepat lihat)
2. Doushita no
(Kenapa?)
3. Shiranai wa
(tidak tahu)
Joshi yang termasuk dalam kelompok ini ialah: ka, kashira, na, naa, zo, tomo, yo, ne, wa, no dan sa.Kata bantu atau Joshi memiliki ciri khas sebagai berikut:
1. Tidak dapat berdiri sendiri
2. Tidak berkonjugasi
3. Tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan dalam kalimat
4. Selalu mengikuti kata lain
5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada kata lain.
Kata bantu “TO” sebenarnya memiliki banyak fungsi tetapi agak sulit menemukan penjelasan mengenai keseluruhannya dalam buku teks. Berikut ini adalah fungsi-fungsi kata bantu “TO” dalam kalimat bahasa Jepang.
Menunjukkan arti “dan” dalam Bahasa Ind onesia
Pada pemakaian ini, pola kalimat yang dipakai yaitu:
Kata benda + to + kata benda
Contoh kalimat:
a. Ara san to nina san wa Indonesia jin de aru
(Ara dan Nina adalah orang Indonesia ).
b. Sofu to sobo ni okurimono o shitai de aru
(Saya ingin memberi bingkisan kepada kakek dan nenek).
c. Tami san to Fifi san wa Amerika no daigaku de benkyou shite iru
(Tami dan Fifi kuliah di sebuah universitas di amerika).
d. Indonesia to Nihon to wa mukashi kara kankei ga fukai de aru
(Indonesia dan Jepang berhubungan erat sejak dahulu).
Pola kalimat yang digunakan ialah:
Kata benda + to + kata kerja
Pada pemakaian ini biasanya ditambahi ‘ishoni’ setelah partikel ‘to’, menjadi ‘to ishoni’ dengan tujuan untuk mempertegas arti bersama; bersama-sama; dengan dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat:
a. Asahara san wa Fujiko san to kekkon shite iru
(Asahara menikah dengan Fujiko).
b. Onesan wa onisan to shokuji o shite iru
(Kakak makan bersama abang).
c. Watashi wa Ayu san to ishoni DVD o miru
(Saya nonton DVD bersama Ayu).
d. Mishiranu hito to kosai shinai hou ga ii de aru
(Lebih baik tidak bergaul dengan oran g yang tidak dikenal).
Menunjukkan arti objek perbandingan; dengan dalam bahasa Indonesia
Pada pemakaian ini ada beberapa pola kalimat yang digunakan yaitu:
1. Kata benda + to + kata kerja perbandingan
2. Kata benda + to + kata benda + to +kata perbandingan
Contoh kalimat:
a. Kono shatsu wa watashi no to yoku nite iru.
(Baju ini mirip dengan punya saya).
b. Ototo wa ani to chigatte, sei ga takai de aru
(Adik tubuhnya tinggi berbeda dengan kakak).
c. Ringo to mikan to dochira ga suki de aruka?
(Antara apel dan jeruk yang mana yang kau sukai?)
d. Watashi to onaji iken no kata wa inaika?
(Tidak adakah oran g yang sependapat dengan saya?)
Dalam pemakaian ini setelah partikel ‘to’, kata kerja yang digunakan ialah ‘naru’ menjadi ‘to naru’. Pola kalimatnya yaitu:
Kata benda + to naru
Contoh Kalimat:
a. Orinpikku no kaikai shiki no hi to natta.
(Hari pembukaan olimpiade telah tiba).
b. Chiri mo tsumoreba, yama to naru.
(Debu pun kalau terus tertimbun, akan menjadi gunung).
c. Shitsugyosha ga senmannin to natta.
(Pengangguran telah mencapai sepuluh juta orang).
d. Yahan kara ame ga yuki to natta.
(Mulai dari tengah malam hujan telah menjadi salju).
Pola kalimatnya adalah Kutipan kalimat atau kata benda + to + kata kerja yang digunakan.
Contoh kalimat:
a. Watanabe san ga “kuji made ni jimusho ni kuru yo ni” to itte imashita.
(Kata Watanabe “kamu harus datang ke kantornya jam 9”).
b. Kare wa “ryogaeya wa doko ka” to tazunemashita.
(Dia bertanya “Dimana tempat penukaran valuta asing?”).
c. “Kin-en” to kaite arimasu kara, tabako o suwanaide kudasai.
(Karena tertulis “Kin-en”, tolong jangan merokok).
Menunjukkan suatu niat
Pola kalimat adalah Kata kerja bentuk maksud + to + omotte iru
Maknanya kira-kira sama dengan “to omou”, tetapi kata kerja bentuk maksud “to omotte iru’ mengandung arti bahwa pembicara telah menetapkan maksudnya sebelum berbicara dan sekarang pun maksud tersebut masih berlanjut. Kata kerja bentuk maksud “to omotte iru” dapat juga digunakan untuk menyatakan maksud oran g ketiga.
Contoh kalimat:
a. Donokurai Indonesia ni iyou to omotte imasuka?
(Anda hendak tinggal berapa lama di Indonesia ?).
b. Ashita inaka e shinrui no mono o tazune ni iko to omotte imasu.
(Besok saya hendak pergi ke kampung halaman mengunjungi famili)
c. Kare wa gaikaku de hatarakou to omotte imasu.
(Dia bermaksud bekerja di luar negeri).
Pola kalimatnya yaitu:
Nama benda/ nama tempat/ nama orang + to + iu
Contoh kalimat:
a. Kanojo wa sun plaza to iu tokoro e ikimashita.
(Dia perempuan pergi ke tempat yang bernama Sun Plaza )
b. Kono fairu wa yamada san to iu namae ni agete kudasai
(Fail ini tolong berikan kepada orang yang bernama yamada).
c. Onisan ga indomaret to iu mise de hatarakimasu.
(Abang bekerja di took yang bernama Indomaret)
d. Gramedia to iu honya de kono manga o kaimashita.
(Saya membeli komik ini di took buku yang bernama Gramedia).
e. “Kompas” to iu shinbun o shite imasuka?
(Apakah kamu tahu Koran yang bern ama Kompas?).
Pola kalimatnya yaitu:
Kata kerja bentuk kamus + to +kalimat selanjutnya
Pemakaian ini menunjukkan suatu hal terjadi/ dilakukan segera setelah suatu hal terjadi/ dilakukan; juga menunjukkan pada waktu melakukan sesuatu, keadaan memang sudah seperti itu dengan arti: “begitu… ; se…; segera; langsung; lantas; serta merta, ketika”
Contoh kalimat:
a. Uchi ni kaeru to, gohan o tabemashita.
(Begitu pulang ke rumah, makan nasi).
b. Okiru to, sugu ha o migaite, mizu o abite imasu.
(Begitu bangun tidur saya segera menggosok gigi dan mandi).
c. Dento ga tsuku to, akaruku narimashita.
(Begitu lampu menyala, menjadi terang).
d. Yoku miru to, sore wa ari deshita.
(Ketika melihat dengan jelas, ternyata itu adalah semut).
e. Gakkou owaru to, shoten e manga o kai ni ikimashita.
(Seusai sekolah, saya pergi ke toko buku membeli komik)
Menunjukkan arti bila
Pola kalimatnya yaitu:
Kata kerja bentuk kamus + to + keadaan
Dalam pola kalimat ini berarti jika kalimat pertama terjadi maka keadaan/ kalimat berikutnya pasti terjadi. Setelah partikel “to” tidak bisa digunakan kalimat bentuk keinginan.
Contoh kalimat:
a. Yoru ni naru to, kuraku narimasu.
(Bila malam tiba akan menjadi gelap).
b. Haru ni naru to, hana ga mankai ninarimasu.
(Bila musim semi tiba, bunga-bunga berkembang semua).
c. Toshi o toru to, kiokuryoku ga niburimasu.
(Bila sudah usia lanjut, daya ingat menjadi tumpul).
d. Okane ga nai to, komarimasu.
(Susah kalau tidak punya uang).
e. Migi e magaru to, yuubinkyoku ga arimasu.
(Jika berbelok ke kan an, ada kan tor pos).
Menunjukkan arti bila tidak…, tidak…
Dipakai bila suatu hal tidak mencapai syarat tertentu, maka tidak akan terjadi hal yang lainnya; bentuk …nai to… nai.
Pola kalimatnya yaitu:
Kata kerja/ kata sifat bentuk nai + to + keadaan
a. Shiciji ni naranai to kanojo wa okimasen.
(Bila belum jam tujuh, dia tidak akan bangun)
b. Hayaku nai to, ichiban no kish a ni ma ni aimasen.
(Kalau tidak cepat-cepat, tidak akan keburu naik kereta yang pertama)
c. Isshokenmei ni benkyou shinai to, jozu ni naremasen.
(Bila tidak belajar dengan giat, tidak akan menjadi pandai).
d. Ganbaranai to, nani mo dekimasen.
(Jika tidak berusaha, apapun tidak akan bisa).
e. Doryoku shinai to, rippa na seika wa araremasen.
(Bila tidak berusaha keras , kita tidak akan memperoleh hasil yang gemilang).
Pola kalimatnya yaitu:
Kata keterangan/ kata peniruan + to + kata kerja
a. Ondori ga kokekokko to nakimashita.
(Ayam jantan telah berkokok kukuruyuk).
b. Nonbiri to inaka de kurashite imasu.
(Hidup tenang di desa).
c. Heya ga kichin to katazukete arimasu.
(Kamar dibenahi dengan rapi).
d. Takai biru ga zurari to nara nde imasu.
(Gedung tinggi berdiri berderet-deret).
e. Shikkari to tesuri ni tsukamarinasai.
(Peganglah erat-erat dengan kuat).
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Arti kata bantu “to” yaitu dan, bersama, dengan, bila, jika, begitu… ; se…; segera; langsung; lantas; serta merta, ketika dan lain-lainnya.
2. Kata bantu “to” digunakan setelah kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan dan adverbial peniruan.
3. Untuk mempertegas arti bersama-sama, kata bantu “to” ditambah “ishoni” menjadi “to ishoni”
4. Dalam “to iu, to kaku, to kiku, to omou, to hanasu, to tazunaru dan lainnya”, kata bantu “to” tidak perlu diartikan.
5. Kata kerja sebelum kata bantu “to”, harus dalam bentuk kamus.
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis mengharapkan para pembaca agar dapat lebih memahami penggunaan kata bantu “TO”, sehingga tidak ada lagi terjadi kesalahan dalam penggunaannya di kalimat lisan maupun tulisan. Penulis juga berharap agar pembaca sedapat mungkin menerapkannya dalam percakapan bahasa Jepang dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, T. 2009. Nihongo no Joshi (Partikel Bahasa Jepang). Jakarta : Evergreen Japan ese Course
Sudjianto. 2007. Seri B Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Kesaint Blanc
Sudjianto. 2008. Belajar Bahasa Jepang Berdasarkan Pola Kalimatnya. Jakarta : Keisant Blanc
Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : Usu Press
source: kertas karya Maulidina Hanum H
Arigatou ya atas ilmu nya, sekarang saya bisa mengerti...
BalasHapusArigatou gozaimasu...
http://kikaigazerock.mywapblog.com
sama sama
Hapus