Susahnya mencari pekerjaan yang berhubungan langsung dengan jurusan saya membawa saya terbawa arus. bang romi, salah satu senior saya yang uda mengajar di beberapa sekolah daerah Perbaungan, menawarkan pekerjaan sebagai pengajar bahasa jepang di salah satu sekolah dekat rumah. Ia yang kini seorang guru PNS, tidak bisa membagi waktu mengajarnya ke sekolah lain.
Menjadi seorang Guru sempat jadi cita-cita saya sewaktu saya SD, namun cita-cita itu perlahan sirna termakan zaman, istilah kasarnya selama saya kuliah, saya gak punya cita-cita, yang penting kuliah, urusan kerjaan bisa dipikirin belakangan. Nah,, selama kuliah saya pun merenung, saya ingin menjadi pengajar, ya,, pengajar bahasa jepang, karena saya suka mengajar.
Saya sempat mengajar bahasa Jepang di masa kuliah dulu, waktu itu, kakak senior meminta saya menggantikan dia yang cuti melahirkan. dimulailah saya mengajar di dua sekolah yang berbeda. satu sekolah yayasan SMA nunjauh dari pelosok kota, dan satu sekolah SMP yang juga jauh dari pelosok kota.
Mengajar di kedua sekolah ini sempat membuat kondisi kesehatan saya memburuk. Jauhnya perjalanan ke sekolah membuat saya harus bangun lebih cepat dari ayam yang berkokok, saya jadi jarang sarapan dan waktu tidur berkurang (mengingat saya dulu sering bangun jam 9 pagi). ditambah lagi Nakalnya murid-murid di SMA. Saya menjadi setres dan skripssi yang saat itu harusnya dikerjakan, saya biarkan terbengkalai di sudut kamar.
Berbeda di SMA, yang tingkat persaingan gurunya juga wah wah. Di SMP saya menemukan kebahagiaan mengajar. Siswa-siswi di SMP lebih koperatif dan mudah diajari, guru-gurunya juga lebih welcome. bahkan, saya sempat ikut liburan ke sibolangit ikut kegiatan pramuka anak-anak. Jujur saya betah mengajar disana walaupun kalo diitung gaji sangat kurang jika dibandingkan sama gaji mengajar di SMA.
Kenakalan anak-anak di SMA dan SMP benar-benar jahu berbeda. di SMP anak-anaknya masih lucu-lucunya dan kadang cuma dengan dipelototi saja dia ketakutan. Nah, di SMA berbeda, malah saya yang takut, anak-anaknya nakal, dan ga segan-segan ngebentak. pernah nih satu hari saya mengajar di satu kelas yang memang amit amit nakalnya. pada saat les terakhir, cuma 10 orang yang masuk ke kelas,, pengen nangis sambil ketawa. apa yang salah sih sama cara ngajar saya?
Di akhir saya mengajar di SMA, saya curhat sama anak-anak itu, apa mereka ga suka cara mengajar saya. dan mereka mengatakan mereka suka cara mengajar saya yang pelan dan mudah dimengerti. saya cuma tersenyum kecut, kalau suka, kenapa kalian bolos kemarin? tapi itu hanya dalam hati saja. saya tetap bangga mengajar di SMA ini, karena saat lomba kaligrafi,, salah satu murid bimbingan saya bisa mendapat juara harapan.
setelah tamat kuliah,, pekerjaan pertama yang aku hindari adalah menjadi guru. entah kenapa, saya enggan mencari pekerjaan yang berhubungan dengan mengajar. mungkin saya masih trauma mengajar di sekolah. saya berharap jika ada rezeki, saya ingin melanjutkan S2 biar bisa jadi dosen saja. namun, apa dikata,, saat ini saya malah menerima tawaran menjadi guru. Guru di Sekolah Negeri, yang katanya murid-muridnya lumayan nakal. :-<
karena jadwalnya satu hari di hari sabtu saja, yang saya harapkan di hari senin sampai jumat saya mempunyai pekerjaan lain yang gajinya lebih tinggi ^^
amin~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar